FriendFeed
Gratis berlangganan artikel blog Stories17 via mail, join now!

[TRUE STORY] Berawal dari SMS, Berakhir di Ranjang

Share this article on :
Awal Juni 2011, sy mendapat tugas keluar kota. Setelah melakukan perjalanan udara hampir tiga jam dari Jakarta, akhirnya sy sampai di salah satu kota di Pulau Sumatera. Di bandara, sy sudah ditunggu tiga orang: dua lelaki, satu wanita. Kami lalu saling berjabat tangan, masing-masing memperkenalkan diri. Lelaki gendut itu namanya Pak Ary. Lelaki satunya bernama Pak Yudi. Terus yg wanita namanya Ibu Willy. Oh iya, ini memang kali pertama sy bertemu muka dengan mereka. Sejenak kami ngobrol basa basi di area bandara.

Selang sepuluh menit, mobil penjemput membawa sy ke sebuah rumah makan ternama di kota itu. Perjalanan dari bandara ke rumah makan kurang lebih memakan waktu 30 menit. Di sela makan siang itu, Pak Yudi dan Pak Ary menceritakan banyak hal tentang kota yg sy singgahi. Sementara Ibu Willy yg usianya sekitar 33 tahun tidak banyak bicara. Sesekali wanita itu hanya mencuri pandang. Namun sy kurang terlalu peduli.

Makan siang usai. Para penjemput mengajak sy keliling kota. Sy duduk dijok depan bersama Pak Ary. Di dalam mobil, Pak Yudi dan Pak Ary malah yg lebih sering nyerocos. Sedangkan Ibu Willy tidak banyak ngomong. Paling sesekali saja dia ikut nyeletuk (nimbrung). Menjelang sore, kami menuju hotel. Pak Yudi memesan dua kamar.

"Satu kamar untuk Mas Tam dan Pak Ary, satu kamar lagi untuk Bu Willy. Kamarnya berdekatan, kok,” kata Pak Yudi sambil membagi kunci kamar hotel.
“Loh, Pak Yudi nggak nginap di sini?” tanya sy.
“Nggak. Nanti sy tidur di rumah saja. Ada tugas kantor yg harus sy selesaikan malam ini. Kalo Mas Tam butuh sesuatu, Pak Ary dan Bu Willy siap membantu. Sy sudah tugaskan kepada kedua orang itu,” ujar Pak Yudi. Pak Ary dan Bu Willy menganggukan kepala secara bersamaan sebagai tanda siap. “Oh iya, biar nanti koordinasinya mudah, silakan Mas Tam catat nomor ponsel Bu Willy,” lanjut Pak Yudi.
“Siap, Pak Yudi!” balas sy. Tak berapa lama, Pak Yudi pun pamit. Sy, Pak Ary dan Bu Willy lalu masuk kamar hotel.

***

Jarum jam di kamar hotel menunjuk angka 22.00 WIB. Pak Ary sudah terkapar lebih dulu di atas kasur. Tidurnya pulas sekali sampai ngorok (mendengkur). Dia mungkin sangat kecapekan. Maklum, sejak siang dia yang nyetir mobil. Sementara sy masih menonton televisi. Mata sy belum ngantuk. Padahal, sy juga letih. Tiba-tiba ponsel sy berdering.

“Malam Pak Tam…Bagaimana istirahatnya, nyaman kah? Maaf jika mengganggu” Tertulis nama Bu Willy sebagai pengirim SMS.
“Malam juga Bu Willy…Lumayanlah, nyaman juga. Tapi lebih nyaman lagi kalo ada perempuan yg mau mijitin dan nemenin sy….hehehe” balas sy.
“Oh….gitu yah. Apa perlu sy carikan, Pak? Biar sy tanya dulu ke petugas atau security hotel.” Bu Willy membalas SMS sy.
“Silakan saja kalo ada…hehe ” jawab sy.

Sekitar sepuluh menit berselang, SMS baru masuk keponsel sy. “Maaf Pak Tam, hotel ini tidak menyediakan tukan pijat perempuan. Adanya tukang pijat laki-laki. Apa Pak Tam mau?”
“Kalo yg mijit laki-laki, sebaiknya sy tidur saja….hehehe” balas sy.
“Hehe iya yah Pak Tam. Sayangnya sy juga tidak bisa mijit…hehe” kata Bu Willy dalam SMS-nya.
“Ya sudah, nggak apa-apa. Makasih ya, Bu Willy.”
“Sama-sama, Pak Tam. Selamat beristirahat.”

***

Malam kian larut. Jarum jam menunjuk angka 23.30 WIB. Rasa kantuk belum mendekap sy. Sy masih asyik nonton televisi. Ponsel sy kembali bunyi. Satu SMS masuk dari Bu Willy.
“Apa Pak Tam sudah tidur? Sy nggak bisa tidur.”
“Belum. Kenapa, Bu?” tanya sy, datar saja.
“Nggak apa-apa kok, Pak. Sy lg butuh temen ngobrol saja. Eh, apa Pak Ary sudah tidur?”
“Sudah, sejak jam 22.00 WIB tadi.”
“Oh…Pak Tam lagi ngapain?”
“Sy masih nonton tv sembari rebahan. Ini filmnya lg hot…seru & panas! Hehe. Bu Willy lg ngapain?”
“Sama, Pak. Sy juga lg nonton film hot. Chanelnya yg luar negeri itu ya, Pak?”
“Iya.” Balas sy, singkat.

“Ah, andai saja ada lelaki yg nemenin sy nonton, pasti bakal lebih ‘seru’ lagi tuh hehe Apalagi skrng sy cuma pake selimut. Seluruh pakaian, termasuk pakaian dalam, udah sy lepas semua…hihihi” Tanpa sy duga, Bu Willy berani SMS begitu.
“Waw! Bu Willy serius?” Mendadak pikiran sy mulai ngeres. (Ah, dasar lelaki! Hehehe)
“Iya, Pak. Sy serius! Kalo Pak Tam pengen bukti, silakan datang sendiri ke kamar sy. Sy tunggu loh, Pak...”

Sy masih belum percaya. “Kalo skrng sy datang ke kamar Bu Willy, terus sy mau diapain? Hayoooo….hehehe”
“Ya terserah, Pak Tam saja apa maunya. Mau lihat boleh, pegang juga boleh, kok.”
“Hahahaha…” Sy ngakak. Sy pikir Bu Willy sedang becanda.
“Kok ketawa seh, Pak. Sy serius. Bapak ke sini dong, temenin sy…” pinta Bu Willy, kelihatan serius dari isi SMS-nya.
“Oke. Sy mau ke kamar Ibu dengan dua syarat. Pertama, sy ke kamar Ibu hanya untuk minta yg enak-enak saja. Kedua, Bu Willy tidak usah menceritakan ke siapapun bila di kamar Ibu terjadi ‘sesuatu’. Deal?” sy mengajukan penawaran.
“Ok, setuju. Sy tunggu kedatangan Pak Tam, secepatnya yah.” Jawabnya.

***

Tanpa pikir panjang, sy segera bergegas ke kamar Bu Willy. Kebetulan lorong hotel sudah sepi. Aman, pikir sy. Sy kemudian mengetuk pintu. Selang beberapa detik, Bu Willy membuka pintu. Dia mematung di depan pintu. Tubuhnya dibalut selimut merah. Rambut panjangnya terurai. Sejenak kami sama-sama terdiam, lalu tersenyum.

“Silakan masuk, Pak,” ajak Bu Willy.
Sy melangkah masuk, lantas duduk di atas kasur. Setelah mengunci pintu, Bu Willy meninggikan suara tv, kemudian duduk dihadapan sy. Lagi-lagi kami hanya bisa senyum, saling berpandangan. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut sy maupun dari mulut Bu Willy.

Tiba-tiba saja kedua tangan sy refleks melepas selimut yg melilit tubuhnya. Bu Willy tersenyum, matanya tajam menatap sy. Tanpa menunggu komando, kami langsung berciuman. Tangan kanan sy mulai nakal. Payudara Bu Willy sy remas-remas secara perlahan. Bu Willy mendesah pelan. Tangan kanannya spontan mengelus-elus kemaluan sy.

Sy semakin berani. Dua payudaranya sy hisap. Tangan sy mulai menyentuh kemaluannya. Sy ciumi perutnya hingga sy ciumi vaginanya. Vaginanya terus sy jilati. Wow…Bu Willy meracau. Desahannya membuat nafsu seks sy kian menggila. Sy mencium bibirnya lagi. Kami berpagutan. Lama sekali.

“Masukin dong, Pak. Sy sudah nggak tahan neh…” katanya.
Langsung sy rebahkan Bu Willy. Sy jilati lagi kemaluannya. Payudaranya sy remas-remas. Napasnya semakin tak beraturan. Segera sy arahkan kemaluan sy ke kemaluannya. Blesssss…sy menggenjotnya beberapa kali. Sesekali tangan sy meremas payudaranya. Mulut sy pun ikut mengisap teteknya. Bu Willy mengerang. Sy bener-bener menikmatinya.

Tak berapa lama, kami mengubah posisi. Bu Willy di atas. Goyangan Bu Willy membuat sy semakin liar. Sy mendekap tubuhnya, erat sekali. Kedua payudaranya terus sy hisap secara bergantian. Bu Willy mempercepat gerakannya. Ah ah ah…Rupanya Bu Willy mencapai orgasme. Tubuhnya menggelinjang hebat di atas tubuh sy. Sy pun rasanya semakin mendekati puncak kenikmatan. Giliran sy yg mempercepat aksi. Dan akhirnya sy mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. Aaaaaahhhhh…Seketika sy bener-bener terkapar. Lama sekali kami saling berpelukan. Sy tak henti-henti menciumnya.

Setelah tenaga kami mulai terkumpul kembali, kami bangun, duduk sejenak, kemudian sama-sama berdiri. Sy memeluk dan menciumnya sebelum sy kembali ke kamar. Bu Willy terlihat puas, bahagia. Tentu sy pun tak kalah senangnya. Sy lalu pamitan. Begitu sy sampai kamar, SMS dari Bu Willy masuk.

“Pak Tam luar biasa. Makasih yah. Tapi sejujurnya sy sedih, karena Pak Tam besok sore harus kembali ke Jakarta. Lain kali kalo Pak Tam datang ke kota ini, jangan lupa kontak sy. Nanti kalo sy ke Jakarta, sy juga pasti ngontak Pak Tam. Oke? Selamat istirahat, Pak.”
“Siap. Mksh juga yah. Selamat rehat, Bu Willy.” Balas sy. Sy kemudian tertidur… [END]

***ini pengalaman pribadi sy dan ini kali pertama pula sy ceritakan kepada orang lain

0 comments — Skip to Comment

Post a Comment — or Back to Content